HITUNG JENIS LEUKOSIT (DIFFERENTIAL COUNT) DAN EVALUASI HAPUSAN DARAH TEPI (HDT)

Tanggal Praktikum   : 2 Mei 2012

                                      16 Mei 2012

                                      23 Mei 2012

Materi Praktikum     : Hitung Jenis Leukosit (Differential Count) dan  Evaluasi Hapusan Darah Tepi (HDT)

 

  1. I.            Tujuan
  2. Tujuan Umum
  • Mahasiswa mampu memahami teknik serta cara melakukan hitung jenis leukosit pada hapusan darah tepi.
  • Mahasiswa mampu memahami teknik serta cara melakukan evaluasi darah tepi.
  1. Tujuan Khusus
  • Untuk mengetahui jenis-jenis lekosit.
  • Untuk mengetahui kesan jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit serta mengetahui jenis -jenis leukosit dan kelainan morfologi sel pada hapusan darah tepi.
  1. II.            Prinsip
  2. Mengidentifikasi dan menghitung jenis leukosit sekurang- kurangnya 100 sel, dan dinyatakan dalam %.
  3. Pemeriksaan gambaran darah tepi dapat dilakukan di counting areal setelah melakukan pemeriksaan hitung jenis leukosit, mula-mula dengan pembesaran 100 x kemudian dengan pembesaran 1000 x dengan minyak emersi selanjutnya dilihat masing-masing morfologi selnya.

 

  1. III.            Metode

Metode yang digunakan yaitu pemeriksaan dengan sediaan kering secara mikroskopik.

 

  1. IV.            Dasar Teori         

4.1 Darah

      Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup yang merupakan bagian terpenting dalam system transport. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu ada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai: pembawa oksigen(oksigen carrier), mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostatis. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu plasma darah yang merupakan bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit dan protein darah, sedangkankan butir darah (blood corpuscles) terdiri atas eritrosit, leukosit dan trombosit.

      Pada pembentukan eritrosit yang melalui tahapan sebagai berikut eritroblast, basophilic normoblas, policromatofilik normoblast, asidofilik normoblas, retikulosit dan eritrosit. Namun hanya retikulosit yang ditemukan pada darah tepi pada keadaan normal. Sedangkan pada pembentukan leukosit (jalur mieloid) pada awalnya mieloblast menjadi progranulosit (neutrofil), eosinofil maupun basofil selanjutnya menjadi promielosit kemudian menjadi metamielosit. Semua aktifitas ini secara normal dijumpai dalam sumsum tulang dan pada perkembangan di darah tepi akna menjadi stab/band serta segmen. Sedangkan trombosit terbentuk dari pecahan sitoplasma megakarioblast (Anonim, 2010).

 

4.2 Hapusan Darah Tepi

Darah dapat dibuat preparat apus dengan metode supra vital yaitu suatu metode untuk mendapatkan sediaan dari sel atau jaringan yang hidup. Sel-sel darah yang hidup dapat mengisap zat-zat warna yang konsentrasinya sesuai dan akan berdifusi ke dalam sel darah tersebut, selanjutnya zat warna akan mewarnai granula pada sel bernukleus polimorf (Anonim, 2012).

Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti eritosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya parasit seperti malaria, tripanasoma, microfilaria dan lain sebagainya. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil yang baik (Arjatmo Tjokronegoro, 1996).

Dasar dari pewarnaan Romanowsky adalah penggunaan dua zat warna yang berbeda yaitu Azur B (Trimetiltionion) yang bersifat basa dan eosin y (tetrabromoflurescein) yang bersifat asam. Azur B akan mewarnai komponen sel yang bersifat asam seperti kromatin. DNA dan RNA. Sedangkan eosin y akan mewarnai komponen sel yang bersifat basa seperti granula eosinofil dan hemoglobin. Ikatan eosin y pada Azur B yang bergenerasi dapat menimbulkan warna ungu, dan keadaan ini dikenal sebagai efek Romanowsky giemsa efek ini sangat nyata pada DNA tetapi tidak pada RNA sehingga menimbulkan kontras antara inti yang berwarna untuk sitoplasma yang berwarna biru (Arjatmo Tjokronegoro, 1996).

Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah segar yang berasal dari kapiler  atau vena, yang dihapuskan pada kaca obyek. Pada keadaan tertentu dapat pula digunakan darah EDTA. (Arjatmo Tjokronegoro, 1996)

Kriteria preparat yang baik :

  1. Lebar dan panjangnya tidak memenuhi seluruh kaca benda sehingga masih ada tempat untuk pemberian label.
  2. Secara granulapenebalannya nampak berangsur-angsur menipis dari kepala ke arah ekor.
  3. Ujung atau ekornya tidak berbentuk bendera robek.
  4. Tidak berulang-ulang karena bekas lemak ada di atas kaca benda.
  5. Tidak terputus-putus karena gerakan gesekan yang ragu-ragu.
  6. Tidak terlalu tebal (karena sudut penggeseran yang sangat kecil) atau tidak terlalu tipis (karena sudut penggeseran yang sangat besar).
  7. Pewarnaan yang baik (Imam Budiwiyono 1995).

 

Jenis Apusan darah:

  1. Sediaan darah tipis

Ciri-ciri sediaan apus darah tipis yaitu lebih sedikit membutuhkan darah untuk pemeriksaan dibandingkan dengan sediaan apus darah tebal, morfologinya lebih jelas, dan perubahan pada eritrosit dapat terlihat jelas.

  1. Ciri-ciri sediaan apus darah tebal yaitu lebih banyak membutuhkan darah untuk pemeriksaan dibandingkan dengan sediaan apus darah tipis, jumlah selnya lebih banyak dalam satu lapang  pandang, dan bentuknya tak sama seperti dalam sediaan apus darah tipis (Imam Budiwiyono 1995).

 

4.2 Diferential Count (Hitung Jenis Leukosit)

      Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/μL.

      Hitung jenis leukosit dilakukan pada counting area, mula-mula dengan pembesaran 100x kemudian dengan pembesaran 1000x dengan minyak imersi. Pada hitung jenis leukosit hapusan darah tepi yang akan digunakan perlu diperhatikan hapusan darah harus cukup tipis sehingga eritrosit dan leukosit jelas terpisah satu dengan yang lainnya, hapusan tidak boleh mengandung cat, dan eritrosit tidak boleh bergerombol (Ripani,2010).

      Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit.  Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/μl).

      Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya. Hitung jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain, dari satu lapangan ke lapangan lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai 15%.

      Bila pada hitung jenis leukosit, diperoleh  eritrosit berinti lebih dari 10 per 100 leukosit, maka jumlah leukosit/µl perlu dikoreksi. Berikut ini merupakan beberapa hasil yang mungkin diperoleh pada hitung jenis leukosit:

Netrofilia

      Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil melebihi nilai normal. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosia jaringan, kehilangan darah dan kelainan mieloproliferatif.

      Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan. Infeksi oleh bakteri seperti Streptococcus hemolyticus dan Diplococcus pneumonine menyebabkan netrofilia yang berat, sedangkan infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium tuberculosis tidak menimbulkan netrofilia. Pada anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi dari pada orang dewasa. Pada penderita yang lemah, respons terhadap infeksi kurang sehingga sering tidak disertai netrofilia. Derajat netrofilia sebanding dengan luasnya jaringan yang meradang karena jaringan nekrotik akan melepaskan leukocyte promoting substance sehingga abses yang luas akan menimbulkan netrofilia lebih berat daripada bakteremia yang ringan. Pemberian adrenocorticotrophic hormone (ACTH) pada orang normal akan menimbulkan netrofilia tetapi pada penderita infeksi berat tidak dijumpai netrofilia.

      Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya granulosit muda keperedaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke kiri atau shift to the left.

      Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya dijumpai netrofilia ringan dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri. Sedang pada infeksi berat dijumpai netrofilia berat dan banyak ditemukan sel muda. Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita yang kurang.

      Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi, yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti piknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun sitoplasma

Eosinofilia

      Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil melebihi nilai normal. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi. Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, infeksi dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik.

Basofilia

      Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil melebihi nilai normal. Basofilia sering dijumpai pada polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik. Pada penyakit alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan kolitis ulserativa juga dapat dijumpai basofilia. Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan melepaskan histamin dari granulanya.

Limfositosis

      Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit melebihi nilai normal.  Limfositosis          dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti morbili, mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia primer.

Monositosis

      Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit melebihi nilai normal. Monositosis dijumpai pada penyakit mieloproliferatif seperti leukemia monositik akut dan leukemia mielomonositik akut; penyakit kollagen seperti lupus eritematosus sistemik dan reumatoid artritis; serta pada beberapa penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur.

      Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai arti prognostik pada tuberkulosis. Pada keadaan normal dan tuberkulosis inaktif, perbandingan antara jumlah monosit dengan limfosit lebih kecil atau sama dengan 1/3, tetapi pada tuberkulosis aktif dan menyebar, perbandingan tersebut lebih besar dari 1/3.

Netropenia

      Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari nilai normal. Penyebab netropenia dapat dikelompokkan atas 3 golongan yaitu meningkatnya pemindahan netrofil dari peredaran darah, gangguan pembentukan netrofil dan yang terakhir yang tidak diketahui penyebabnya.

      Termasuk dalam golongan pertama misalnya umur netrofil yang memendek karena drug induced. Beberapa obat seperti aminopirin bekerja sebagai hapten dan merangsang pembentukan antibodi terhadap leukosit. Gangguan pembentukan dapat terjadi akibat radiasi atau obat-obatan seperti kloramfenicol, obat anti tiroid dan fenotiasin; desakan dalam sum-sum tulang oleh tumor. Netropenia yang tidak diketahui sebabnya misal pada infeksi seperti tifoid, infeksi virus, protozoa dan rickettisa; cyclic neutropenia, dan chronic idiopathic neutropenia.

Limfopenia

      Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari nilai normal. Penyebab limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun seperti pada penyakit Hodgkin, sarkoidosis; penghancuran yang meningkat yang dapat disebabkan oleh radiasi, kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis; dan kehilangan yang meningkat seperti pada thoracic duct drainage dan protein losing enteropathy.

Eosinopenia dan lain-lain

      Eosinopenia terjadi bila jumlah eosinofil kurang dari nilai normal. Hal ini dapat dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi berat; juga dapat terjadi pada hiperfungsi koreks adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid.

      Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan basofil, sedang jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun demikian, jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung jenis leukosit pada pada orang normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil.

 

 

4.3 Evaluasi Darah Tepi

Evaluasi darah atau disebut juga sebagai pemeriksaan gambaran darah tepi dapat dilakukan di counting areal setelah melakukan pemeriksaan hitung jenis leukosit, mula-mula dengan pembesaran 100X  kemudian dengan pembesaran 1000 x dengan minyak emersi selanjutnya dilihat masing-masing morfologi selnya. Pemeriksaan hapusan darah tepi terdiri atas (Anonim, 2010)

Pemeriksaan dengan pembesaran kecil (objektif 10x).

  1. Penilaian kwalitet hapusan darah dan penyebaran sel-sel dalam hapusan.

s   Lapisan darah harus cukup tipis sehingga eryhtrosit dan leukosit jelas terpisah satu dengan lainnya.

s   Hapusan tidak boleh mengandung cat.

s   Eryhtrosit, leukosit dan thrombosit harus tercat dengan baik.

s   Leukosit tidak boleh menggerombol pada akhir (ujung) hapusan.

  1. Penafsiran jumlah leukosit dan eryhtrosit, penaksiran penghitungan differential leukosit dan pemeriksaan apakah sel-sel ada yang abnormal. Dilakukan pada daerah area penghitungan dari bagian hapusan tempat eryhtrosit terletak berdampingan, tidak tertumpuk. Bila didapatkan 20-30 leukosit perlapang pandang kira-kira sesuai dengan junlah leukosit 5.000 dan 40-50 perlapang pandang sesuai dengan leukosit 10.000.

Pemeriksaan dengan menggunakan minyak imersi (perbesaran 1000x)

a.   Eryhtrosit
Penaksiran jumlahnya dan bagaimana morfologinya. Dillihat adanya eryhtrosit berinti dan dihitung jumlahnya pada 100 leukosit untuk mengkoreksi hitung leukosit cara Turk.

b.   Leukosit
Penghitungan Differensial dan dicari kelainan morfologi. Dihitung dalam 100 sel leukosit dan dilihat adanya kelainan selnya.

c.   Thrombosit
Dilihat penyebaran, morfologi dan ukuran selnya. Hapusan yang baik thrombosit tidak menggerombol pada bagian akhir hapusan. Bila sukar ditemukan thronbosit berarti jumlahnya sedikit, bila terlihat banyak berarti terjadi peningkatan jumlah. Dilhat juga adanya giant cell yang berukuran 6-8 mikron.

d.   Sel abnormal : Pemeriksaan morfologi. Kelainan-kelainan dan variasi dari leukosit, erythrosit dan thrombosit perlu dicatat. 

 

4.4 Kelainan Eritrosit dan Trombosit

a)      Kelainan Eritrosit

  1. Variasi Kelainan Dari Besar Eritrosit
    1. Makrositosis

Keadaan dimana diameter rata-rata eritrosit lebih dari 8,5 mikron dengan tebal rata-  rata 2,3 mikron. Ditemukan misalnya pada anemi megaloblastik,anemia pada kehamilan dan anemia   pada malnutrition. Makrosit dengan bentuk agak oval dengan diameter 12 – 15 mikron disebut megalocyt  ditemukan pada anemi deficiency vitamin B 12 dan atau deficiency asam folat.

  1. Mikrositosis

Keadaan dimana diameter rata-rata eritrosit kurang dari 7 mikron dan tebal rata-rata 1,5 – 1,6 mikron.

  1. Anisositosis

Keadaan dimana ukuran besarnya eritrosit bervariasi, jadi terdapat makro,normo dan  mikrosit, sedang bentuknya sama. Ditentukan misalnya pada anemia kronika yang berat.

B.  Variasi Warna Eritrosit

  1. Normokromia

Keadaan dimana eritrosit dengan konsentrasi Hb normal.

  1. Hipokromia

Keadaan eritrosit dengan konsentrasi kurang dari normal. Bila daerah pucat di central sel melebar,terjadilah “ring erythrocyte” atau anulosit. Ditemukan misalnya pada anemia deficiency besi,thalassemia,hemoglobinopati C atau E.

  1. Hiperkromia

Keadaan eritrosit dengan warna oxyphil yang lebih dari normal bukan karena   kejenuhan Hb, melainkan karena penebalan membran sel. Ditemukan pada spherocytosis.

  1. Polikromasia

Keadaan beberapa warna pada eritrosit misalnya basofilik asidofilik ataupun   polikromatofilik.

 

  1. Variasi Bentuk Eritrosit
    1. Echnosit

Crenated erythrocyte. Misalnya eritrosit pada media hipertonik.

  1. Sferosit     

Eritrosit dengan diameter kurang dari 6,5 mikron tetapi  hiperkrom, misalnya pada sferositosis.

  1. Leptosit    

Misalnya pada hemoglobinapati Ca atau E.

  1. Sel Target  

Bull’s eyo cell;misalnya pada thalasemia

  1. Ovalosit 

Elliptosit misalnya pada elliptositosis hereditaria

  1. Drepanosit 

Sickle cell misalnya pada sickle cell anemia.

  1. Sehistocyte

Heimet cell merupakan pecahan eritrosit misalnya pada anemia hemolitika.

  1. Stomatosit 

Misalnya pada thalassemia dan anemia pada penyakit hati yang menahun.

  1. Tear drop cell

Misalnya pada anemia megaloblastik.

 

 

 

  1. Poikilositosis

Keadaan dimana terdapat bermacam-macam bentuk eritrosit dalam  satu sediaan hapus,misalnya pada hemoposis extramedullaris (Anonim, 2010).

  Keterangan serta gambar kelainan eritosit:

No

Gambar

Keterangan

1

 

Eliptosit, ciri – ciri :

s  Eritrosit berbentuk oval (ovalosyt) yang lonjong (pensil cell/sel cerutu)

s  Osmotic fragility meningkat

s  Distribusi cholesterol dalam membrane akumulasi

s  Cholesterol dipinggir

 

 

 

Eliptosit, ciri – ciri :

s  Eritrosit berbentuk oval atau lonjong

s  Distribusi dalam darah: < 10 % dari eritrosit dalam darah normal

 

2.

 

Stomatosit, ciri – ciri :

s  Eritrosit pucat memanjang di tengah

s  Normal, 5%

s  Akibat meningkatnya Sodium dalam sel dan menurunnya Potasium

 

 

3.

 

Akantosit

s  Eritrosit dengan tonjolan sitoplasma yang runcing

s  Tonjolan tidak teratur

s  Akibat defisiensilow-dencity betha Lipoprotein

4.

 

Burr Cell

s  Eritrosit dengan tonjolan sitoplasma yang tumpul teratur

s  Akibat dari passage through fibrin network

 

5.

 

Lakrimasit

s  Eritrosit berbentuk tetesan air

s  Nama lain Tear Drop Cell

 

6.

 

Polikrom/Sperocytes

s  Eritrosit tanpa pucat di tengah

s  Bentuk lebih kecil, tebal

s  Akibat dari developmental defect

 

 

 

 

 

 

 

 Keterangan serta gambar morfologi jenis leukosit:

No

Gambar

Keterangan

1

 

 

Stab/bend

  • Keberadaan: Bentuk sel: oval atau bulat
  • Warna sitoplasma: pink
  • Bentuk inti: semicircular
  • Tipe kromatin: condensed
  • Nukleolus: tidak terlihat

2

 

 

Segmen/netrofil

  • Bentuk sel: oval atau bulat
  • Warna sitoplasma: pink
  • Bentuk inti: obulated (normall kurang dari 5 lobus)
  • Tipe kromatin: condensed
  • Nukleolus: tidak terlihat

3

 

 

Limfosit

  • Bentuk: bulat, kadang-kadang oval
  • Warna sitoplasma: biru
  • Granularitas: tidak ada
  • Bentuk inti: bulat atau agak oval
  • Tipe kromatin: homogen, padat
  • Nukleolus: tidak terlihat, kadang-kadang hampir tidak terlihat , satu nukleolus kecil

4

 

Monosit

Monosit khas dengan sitoplasma biru lembayung yang berisi vakuola-vakuola  kecil.

  1. V.            Alat-alat dan Bahan

s  Alat – alat      

  1. Preparat Hapusan Darah Tepi ( HDT )

s  Bahan            

  1. Oil Emersi

 

  1. VI.            Prosedur kerja
  2. A.    Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
  3. Identifikasi dilakukan di daerah penghitungan ( counting area) dengan perbesaran lensa objektif 100x.
  4. Identifikasi sel dimulai dari satu sisi bergerak ke sisi lain, kemudian kembali ke sisi semula dengan arah zigzag berjarak ± 3 lapangan pandang.
  5. Untuk memudahkan penghitungan, maka dibuat kotak penghitungan jenis leukosit.
  6. Jenis leukosit yang mula- mila terlihat dimasukkan dalam kolom -1, bila jumlah sel sudah 10 pindah ke kolom-2.
  7. Tiap kolom mengandung 10 sel yang sudah diidentifikasi, dan bila ke- 10 kolom sudah terisi berarti sudah 100 leukosit yang diidentifikasi dan dihitung.

 

  1. B.     Pemeriksaan Evaluasi Hapusan Darah Tepi
  2. Disiapkan semua peralatan serta bahan yang telah disediakan.
  3. Ditaruh object glass hapusan darah tepi pada meja mikroskop.
  4. Pemeriksaan dengan pembesaran kecil ( Objektif 10 X )
  • Dicari lapangan pandang pada perbesaran 100X ( Objektif 10X )
  • Ditentukan Counting Area
  • Dilakukan penafsiran atau kesan jumlah leukosit dengan cara: menghitung jumlah leukosit pada 15 lapang pandang, kemudian total jumlah leukosit tersebut dikalikan 300.
  • Dibandingkan hasil yang diperoleh dengan jumlah leukosit normal
  • Dilanjutkan dengan pemeriksaan dengan minyak emersi (Objektif 100X)

 

  1. Pemeriksaan dengan minyak emersi ( Objektif 100 X )
  • Dilakukan pengamatan eritrosit ( apakah ada kelainan atau variasi morfologik pada ukuran, warna, dan apakah ada sel- sel eritrosit muda)
  • Dilakukan hitung jenis leukosit ( Diff. Count) dan melihat apakah ada sel sel leukosit muda atau abnormal
  • Dan dilakukan penafsiran jumlah trambosit dengan cara: menghitung jumlah trombosit pada 18 lapangan pandang, kemudian total jumlah trombosit tersebut dikalikan 1000. Dan dibandingkan hasil yang diperoleh dengan jumlah trombosit normal. Serta diamati pula  morfologi trombosit (platelet).

 

  1. VII.            Data Hasil Pengamatan
  2. Praktikum tanggal: 2 Mei 2012

Differential Count.

Leu

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

X

JUMLAH

EOSINOFIL

7

1

1

 

4

 

1

1

 

6

21

BASOFIL

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

STAB

 

2

 

1

1

 

 

 

1

 

5

SEGMEN

 

5

8

7

2

4

4

6

3

2

41

LIMFOSIT

1

1

 

 

2

4

4

1

 

1

14

MONOSIT

2

1

1

2

1

2

1

2

6

1

19

TOTAL

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

100

 

Nilai Normal:

Eosinofil / Basofil /   Stab  /   Segmen / Limfosit  / Monosit

1 – 4%  / 0 – 1% / 2 – 5%/ 36 – 66%/ 22 – 40%/ 4 – 8%

 

Dilaporkan:

Eosinofil / Basofil /   Stab  /   Segmen / Limfosit  / Monosit

21%      /    –        /   5%    /   41%      /     14%    /     19%

 

Hasil Pemeriksaan: Netrofilia.

 

  1. Praktikum tanggal: 16 Mei 2012

Evaluasi HDT I

  1. Perbesaran 100X ( objektif 10X )
  • Penafsiran atau kesan jumlah leukosit

No

Lapang Pandang Ke-

Jumlah Leukosit

1

I

26

2

II

25

3

III

25

4

IV

15

5

V

42

6

VI

34

7

VII

31

8

VIII

20

9

IX

21

10

X

24

11

XI

33

12

XII

29

13

XIII

36

14

XIV

36

15

XV

50

TOTAL JUMLAH

425

 

Nilai normal Leukosit: 4.500 – 11.000/µl

 

Perhitungan:

Jumlah Leukosit = Total jumlah pada 15 Lapang pandang   x 300

                                                                    5

                              = 425 x 300

                                   5    

= 28 x 300

= 8.499

Jadi kesan jumlah Leukosit NORMAL pada evaluasi hapusan darah tepi.

 

b)      Perbesaran 1000X ( Objektif 100X )

Eritrosit     :  Normokromik

   Normositer

                     Piokilositosis: Burr cell, Eliptosit, Tears drop cell

Trombosit  :

Kesan jumlah trombosit

NO

LAPANG PANDANG KE-

JUMLAH TROBOSIT

1

I

19

2

II

12

3

III

14

4

IV

21

5

V

9

6

VI

8

7

VII

10

8

VIII

8

9

IX

10

10

X

15

11

XI

13

12

XII

15

13

XIII

20

14

XIV

10

15

XV

9

16

XVI

8

17

XVII

17

18

XVIII

13

TOTAL JUMLAH

240

 

Nilai Normal Trombosit: 150.000 – 440.000/µl

 

Perhitungan:

Jumlah Trombosit = Total Trombosit pada 18 Lapang Pandang x 1000

                              = 240 x 1000

                              = 240.000

Jadi kesan jumlah trombosit NORMAL pada evaluasi hapusan darah tepi.

 

  1. Praktikum tanggal: 23 Mei 2012

Evaluasi HDT II (CML)

  1. Perbesaran 100X ( objektif 10X )
  • Penafsiran atau kesan jumlah leukosit

Pada praktikum ini diperoleh kesan jumlah leukosit MENINGKAT, namun tidak dilakukan penghitungan karena jumlah leukosit yang sangat banyak dijumpai dalam setiap lapang pandang di bawah mikroskop.

 

  1. Perbesaran 1000X ( Objektif 100X )
  • Eritrosit

Tidak dapat ditafsirkan, karena kondisi Eritrosit yang yang dujumpai dalam setiap lapang pandang saling bertumpukan dan banyak ditemukan sel muda seperti.

  • Trombosit  :

Kesan trombosit MENURUN karena hamper tidak ditemukan trombosit dalam setiap lapang pandang.

  • Jenis Leukosit
    • Banyak ditemukan sel- sel leukosit dalam setiap lapang pandang sehingga kesan Diff.Count yaitu terjadi peningkatan pada setiap jenis sel leukosit.

Diagnosa : CML (Chronic Myeloblastic Leukemia)

 

 

Contoh gambaran hapusan darah tepi pada penderita CML:

 

  1. VIII.            Pembahasan

      Dalam praktikum hematologi yang telah dilakukan, terdapat dua materi yang dikerjakan, yaitu hitung jenis leukosit (Diff. Count        ) dan evaluasi hapusan darah tepi. Praktikum hitung jenis leukosit dilakukan pada tanggal 2 Mei 2012. Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil( stab/ segmen ), limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit.  Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Praktikum dilakukan dengan cara yaitu pertama- tama disiapkan semua peralatan serta bahan yang akan digunakan. Kemudian ditaruh objek glass (hapusan darah tepi) di atas meja mikroskop. Dan dicari lapang pandang pada perbesaran 10X lensa objektif. Setelah ditemukan lapang pandang, objek glass ditetesi dengan oil emersi dan diputar lensa objektif kearah perbesaran lensa 100X. Kemudian diidentifikasi jenis leukosit pada setiap lapang pandang. Identifikasi dilakukan di daerah penghitungan ( counting area). Identifikasi sel dimulai dari satu sisi bergerak ke sisi lain, kemudian kembali ke sisi semula dengan arah zigzag berjarak ± 3 lapangan pandang. Untuk memudahkan penghitungan, maka dibuat kotak penghitungan jenis leukosit. Jenis leukosit yang mula- mila terlihat dimasukkan dalam kolom-1, bila jumlah sel sudah 10 pindah ke kolom-2. Setiap kolom mengandung 10 sel yang sudah diidentifikasi, dan bila ke- 10 kolom sudah terisi berarti sudah 100 leukosit yang diidentifikasi dan dihitung. Selanjutnya ditentukan hasil diff.count dengan cara mencocokkan hasil yang diperoleh dengan nilai rujukan dari hasil differential count.

      Pada praktikum diperoleh hasil hitung jenis leukosit yaitu sebagai berikut:

                  Eosinofil / Basofil /   Stab  /   Segmen / Limfosit  / Monosit

                  21%      /    –        /   5%    /   41%      /     14%    /     19%

 

      Setelah dicocokkan dengan nilai rujukan dari differential count diperoleh bahwa pasien menderita eosinofilia. Hal ini karena jumlah eosinofil yang diperoleh melebihi nilai normal yaitu, 1 – 4%. Dalam pemeriksaan ini juga terjadi peningkatan monosit, namun peningkatan eosinofil jauh lebih tinggi sehingga pasien dikatakan menderita eosinofilia.

      Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil melebihi nilai normal. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi. Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, infeksi dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik.

      Praktikum dilanjutkan pada tanggal 16 Mei 2012 dengan materi evaluasi hapusan darah tepi. Pada praktikum ini pertama- tama disiapkan semua peralatan serta bahan yang telah disediakan, kemudian ditaruh object glass hapusan darah tepi pada meja mikroskop. Dan dilakukan pemeriksaan dengan pembesaran kecil (Objektif 10X ) dengan cara: pertama mencari lapangan pandang, lalu ditentukan Counting Area. Kemudian dilakukan penafsiran atau kesan jumlah leukosit dengan cara: menghitung jumlah leukosit pada 15 lapang pandang, kemudian rata- rata jumlah leukosit tersebut dikalikan 300. Dan dibandingkan hasil yang diperoleh dengan jumlah leukosit normal. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan dengan minyak emersi (Objektif 100X). Pada pemeriksaan dengan minyak emersi (Objektif 100X) dilakukan pengamatan eritrosit (apakah ada kelainan atau variasi morfologik pada ukuran, warna, dan apakah ada sel- sel eritrosit muda) dan dilakukan hitung jenis leukosit ( Diff. Count) dan melihat apakah ada sel- sel darah yang muda atau abnormal juga dilakukan penafsiran jumlah trambosit dengan cara: menghitung jumlah trombosit pada 18 lapangan pandang, kemudian total jumlah trombosit tersebut dikalikan 1000. Dan dibandingkan hasil yang diperoleh dengan jumlah trombosit normal. Serta diamati pula  morfologi trombosit (platelet).

      Berdasarkan praktikum yang telah dikerjakan, diperoleh hasil yaitu, didapatkan kesan jumlah leukosit dan trombosit normal sedangkan pada eritrosit ditemukan terjadi poikilositosis. Dimana dalam satu lapang pandang ditemukan beberapa bentuk eritrosit seperti:

  1. Burr Cell, yaitu eritrosit dengan tonjolan sitoplasma yang tumpul teratur. Akibat dari passage through fibrin network.
  2. Eliptosit, yaitu Eritrosit berbentuk oval (ovalosyt) yang lonjong (pensil cell/sel cerutu)
  3. Tears drop cell, yaitu Eritrosit berbentuk tetesan air.

Pada tanggal 23 Mei 2012 kembali dilakukan praktikum dengan materi yang sama dengan materi pada praktikum yang dilakukan pada  tanggal 16 Mei 2012, yaitu evaluasi hapusan darah tepi. Dengan cara yang sama seperti praktikum sebelumnya, diperoleh hasil evaluasi darah tepi pada hapusan darah dengan kode 618 yaitu sebagai berikut:

Perbesaran 100X ( objektif 10X )

  • Penafsiran atau kesan jumlah leukosit

Pada praktikum ini diperoleh kesan jumlah leukosit MENINGKAT, namun tidak dilakukan penghitungan karena jumlah leukosit yang sangat banyak dijumpai dalam setiap lapang pandang di bawah mikroskop.

 

 

 

 

Perbesaran 1000X ( Objektif 100X )

  • Eritrosit

Tidak dapat ditafsirkan, karena kondisi Eritrosit yang yang dujumpai dalam setiap lapang pandang saling bertumpukan dan banyak ditemukan sel muda.

  • Trombosit  :

Kesan trombosit MENURUN karena hampir tidak ditemukan trombosit dalam setiap lapang pandang yang diamati.

  • Jenis Leukosit

Banyak ditemukan sel- sel leukosit dalam setiap lapang pandang sehingga kesan Diff.Count yaitu terjadi peningkatan pada setiap jenis sel leukosit.

Hasil pemeriksaan hapusan darah tepi pada yang diperoleh diatas, yaitu hasil pemeriksaan hapusan darah tepi pada penderita CML ( Chronic Myeloblastic Leukemia).

Leukemia mieloid kronis (CML) merupakan penyakit mieloproliferatif yang ditandai  oleh proliferasi sel mieloid yang berlebihan dengan kemampuan diferensiasi yang masih baik. Terdapat fase kronis dimana pasien tidak menunjukkan gejala klinis. Hal inilah yang sering menyebabkan pasien tidak terdiagnosis lebih awal. Biasanya diagnosis pada fase ini ditemukan kebetulan pada saat dilakukan hapusan darah tepi pada saat pemeriksaan darah karena alasan lain. Setelah beberapa lama fase kronis, hampir semua pasien masuk ke fase akut atau krisis blast (sel muda) dengan tingkat kematian yang lebih tinggi akibat leukemia akut atau berbagai komplikasinya.

 

     

 

 

  1. IX.            KESIMPULAN
  • Pada praktikum Differential Count, disimpulkan bahwa pasien menderitsa eosinofilia. Karena jumlah eosinofil yang diperoleh melebihi nilai normal.
  • Pada praktikum evaluasi hapusan darah tepi pada sampel dengan kode x pada tanggal 16 Mei 2012, diperoleh kesan jumlah leukosit dan trombosit normal. Namun ditemukan eritrisit yang beragam bentuk pada setiap lapang pandang ( poikilositosis).
  • Pada praktikum hapusan darah tepi pada sampel No. 618 ditemukan kesan jumlah leukosit meningkat, kesan jumlah trombosit menurun, eritrosit yang tidak dapat ditafsirkan, dan banyak ditemukan sel- sel muda dari seri myeloid. Hapusan darah yang diperiksa didiagnosa pasien menderita CML (Chronic Myeloblastic Leukemia).

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Mengenal Eritrosit. http://ranzsblog.blogspot.com/2010/06/mengenal-eritrosit.html, diakses pada 23 Mei 2012

Anonim. 2010. Apusan Darah. http://wulanthestarshine.wordpress.com/2010/05/28/apusan-darah.html, diakses pada 23 Mei 2012

Anonim. 2011. Modul Hematologi. http://www.scribd.com/doc/56223489/Bpp-Ia-Modul-Hemato-Onko-Reg-Uin-2011.html, diakses pada 23 Mei 2012

Anonim. 2011. Kelainan-kelainan Leukosit. http://rizqimurtafiah.wordpress.com/2011/09/17/kelainan-kelainan-leukosit.html, diakses pada 23 Mei 2012

Anonim. 2012. Hemoglobin dan Hapusan Darah Tepi. http://hemoglobindanhapusandarahtepi.blogspot.com/2012/02/mengenal-penyakit-darah-dari.html, diakses pada 23 Mei 2012

Anonim. 2010. Evaluasi Hapusan Darah. http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2010/02/evaluasi-hapusan-darah.html#!/2010/02/evaluasi-hapusan-darah.html, diakses pada 23 Mei 2012

Anonim. 2010. Evaluasi Hpusan Darah. http://ukdisukses.wordpress.com/2010/07/13/evaluasi-hapusan-darah/, diakses pada 23 Mei 2012

Anonim. 2010. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. http://fransiscakumala.wordpress.com/2010/05/04/pemeriksaan-laboratorium-hematologi/, diakses pada 23 Mei 2012

Anonim. 2012. Makna Hasil Lab Anda. http://www.farmasiku.com/index.php?target=pages&page_id=Makna_Hasil_Lab_Anda, diakses pada 23 Mei 2012

Anonim. 2012. Hitung Jenis Leukosit. http://dokterboy.wordpress.com/tag/hitung-jenis-leukosit/, diakses pada 23 Mei 2012

Anonim. 2012. Penilaian Hasil Pemeriksaan.  http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_PenilaianHasilPemeriksaan.pdf/10_PenilaianHasilPemeriksaan.html, diakses pada 23 Mei 2012

Anonim. 2007. Penilaian Hasil Pemeriksaan Hematologi. http://seputar-sehat.blogspot.com/2007/08/penilaian-hasil-pemeriksaan-hematologi.html, diakses pada 23 Mei 2012

One response

  1. Indah Purira Hartani | Reply

    Terima kasih banyak mbak yuli..
    membantu sekali 🙂

Leave a comment